CD Skripsi
Analisis Perbedaan Motivasi Kerja Guru Sertifikasi Dengan Guru Belum Sertifikasi Di Smp Negeri 21 Pekanbaru
RINGKASAN
ANALISIS PERBEDAAN MOTIVASI KERJA GURU SERTIFIKASI
DENG AN GURU BELUM SERTIFIKASI DI SMP NEGERI 21
PEKANBARU
Oleh : Kristi Yanti Yuliana
Penelitia ini betujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan motivasi
kerja guru setifikasi dengan guru belum sertifikasi di SMP Negeri 21 Pekanbaru.
Yang mana motivasi kerja guru adalah suatu proses yang dilakukan untuk
menggerakkan prilakunya agar dapat diarahkan pada upaya-upaya yang nyata
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Penelitian ini dilakukan dengan jumlah sampel sebesar 68 orang terhadap
guru-guru yang ada di SMP Negeri 21 Pekanbaru selama 1 bulan.
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan angket. Analisis yang
digunakan adalah Uji Beda (T-Test) dengan taraf signifikan 5%.
Tingkat motivasi kerja guru yang belum sertifikasi dilihat dari aspek
tanggung jawab temyata sebagian besar responden yaitu 42,5% berada pada
kategori sedang. Hal yang sama juga pada guru yang telah sertifikasi temyata
sebagian besar responden 71,4% pada kategori sedang. Akan tetapi persentase
gum yang memiliki persentase tinggi temyata gum yang belum sertifikasi (27,5%)
lebih banyak dibandingkan dengan gum yang sudah sertifikasi (14,3%).
Tingkat motivasi kerja gum yang belum sertifikasi dilihat dari aspek
semangat temyata sebagian besar responden yaitu 55% berada pada kategori
sedang. Berbeda dengan gum yang telah sertifikasi temyata sebagian besar
responden 57,2% pada kategori rendah. Akan tetapi persentase guru yang
memiliki persentase tinggi temyata guru yang belum sertifikasi (25%) lebih
banyak dibandingkan dengan gum yang sudah sertifikasi (10,7%).
Tingkat motivasi keija gum yang belum sertifikasi dilihat dari aspek keija
temyata sebagian besar responden yaitu 72,5% berada pada kategori sedang.
Berbeda dengan gum yang telah sertifikasi temyata sebagian besar responden
57,2% pada kategori rendah. Akan tetapi persentase gum yang memiliki
persentase tinggi temyata gum yang belum sertifikasi (25%) lebih banyak
dibandingkan dengan guru yang sudah sertifikasi yang tidak ada satupun memiliki
persentase tinggi.
Tingkat motivasi keija gum yang belum sertifikasi dilihat dari aspek
inisiatif temyata sebagian besar responden yaitu 5% pada kategori sedang. Hal
yang sama juga pada gum yang telah sertifikasi temyata sebagian besar responden
50% pada kategori sedang. Akan tetapi persentase gum yang memiliki persentase
tinggi temyata gum yang belum sertifikasi (92,5%) lebih banyak dibandingkan
dengan gum yang sudah sertifikasi (25%).
Tingkat motivasi keija gum yang belum sertifikasi dilihat dari aspek
umpan balik temyata sebagian besar responden yaitu 72,5% berada pada kategori
sedang. Berbeda dengan gum yang telah sertifikasi temyata sebagian besar
responden 89,3% pada kategori rendah. Akan tetapi persentase gum yang
memiliki persentase tinggi temyata gum yang belum sertifikasi (12,5%) lebih
banyak dibandingkan dengan gum yang sudah sertifikasi yang tidak ada satupun
memiliki persentase tinggi.
Tingkat motivasi kerja gum yang belum sertifikasi dilihat dari aspek
pekerjaan yang menantang temyata sebagian besar responden yaitu 47,5% berada
pada kategori sedang. Berbeda dengan guru yang telah sertifikasi temyata
sebagian besar responden 64,2% pada kategori rendah. Akan tetapi persentase
gum yang memiliki persentase tinggi temyata gum yang belum sertifikasi (7,5%)
lebih banyak dibandingkan dengan guru yang sudah sertifikasi yang tidak ada
satupun memiliki persentase tinggi.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan program computer SPSS
17 for window diperoleh t hitung yang diperoleh adalah -3.299, sedangkan t tabel
adalah -1.96 dari sini dapat dilihat bahwa t hitung (-3.299) > t tabel (-1.96),
sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan antara motivasi kerja gum
sertifikasi dengan guru belum sertifikasi.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diperoleh saran bagi gum yang
telah sertifikasi hams memiliki motivasi kerja yang lebih tinggi dibandingkan
dengan guru yang belum sertifikasi. Dan hendaknya gum yang sudah sertifikasi
untuk terns meningkatkan profesionalisasinya dengan cara mengikuti diklat. Bagi
kepala sekolah hendaknya membina dan meningkatkan motivasi keija gum baik
yang belum sertifikasi apalagi yang sudah sertifikasi.
Tidak tersedia versi lain