CD Skripsi
Penerapan Pembelajaran Kooperatif Kepala Bernomor Terstruktur Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Pada Pelajaran IPS Kelas VII SMP Plus Muhammadiyah Tualang Kabupaten Siak Tahun Ajaran 2010/2011
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diterapkan di sekolah. Berdasarkan kurikulum dijelaskan bahwa mata pelajaran IPS digunakan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam mengenali ilmu sosial. Dalam pembelajaran siswa cenderung terpaku pada penjelasan guru, sehingga kurangnya interaksi antara siswa untuk mengkonstuksikan pengetahuan yang diberikan. Siswa juga tidak berusaha mengerjakan latihan yang diberikan apabila menemui kesulitan. Hal ini disebabkan oleh rendahnya daya nalar siswa terhadap permasalahan belajar IPS. Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa dalam proses pembelajaran sangat dibutuhkan keterampilan sosial pada diri siswa.
Dari uraian diatas diharapkan dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS perlu adanya strategi pengajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Salah satu caranya adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif kepala bernomor terstruktur.
Terkait dengan kondisi pembelajaran tersebut maka penulis merumuskan masalah, bagaimanakah keterampilan sosial siswa melalui penerapan strategi pembelajarn kooperatif kepala bernomor terstruktur pada pembelajaran IPS siswa kelas VII SMP Plus Muhammadiyah Tualang Kabupaten Siak Tahun Ajaran 2010/2011
Penelitian ini dilakukan di Perawang, Kecamatan Tualang Kabupaten Siak. Waktu penelitian ini disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku yaitu pada kelas VII tahun ajaran 2010/2011. Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Plus Muhammadiyah Tualang Kabupaten Siak yang berjumlah 30 orang siswa, yang terdiri dari 20 orang siswa laki-laki dan 10 orang siswa perempuan.
Dalam rangka pengumpulan data, penulis menggunakan teknik pengamatan langsung (observasi). Pada saat penyampaian materi, siswa bekerja menurut kelompok masing-masing dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah ditentukan oleh guru. Adapun indikator yang diamati adalah tingkat keterampilan sosial siswa yang terdiri dari 3 bagian, yaitu tingkat awal, menengah dan akhir. Guru berperan sebagai pengamat/fasilitator selama proses pembelajaran berlangsung. Di dalam melakukan analisis terhadap data yang dikumpulkan, penulis menggunakan metode analisis deskriptif.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa setelah diterapkannya teknik kepala bernomor terstruktur kemampuan keterampilan sosial siswa pada tingkat awal dalam sistem belajar kelompok relatif baik, persentase kemampuan keterampilan sosial siswa telah mencapai 80 % pada beberapa indikator. Ini menunjukkan bahwa, siswa sudah mampu untuk bekerjasama meskipun belum begitu bisa menerima perbedaan individu dalam kelompok. Keterampilan sosial siswa tingkat menengah juga mengalami peningkatan persentase pada tiap indikator. Setiap siswa sudah bisa menunjukkan kemampuan individu dan tidak hanya bergantung pada siswa yang pintar dalam menyelesaikan tugas dari guru. Kemampuan individu tiap siswa meningkat dikarenakan pada proses pembelajaran yang menggunakan teknik Numbered Heads Together (NHT), siswa dituntut untuk menyelesaikan tugas sesuai dengan nomor yang telah ditentukan,
sehingga timbul tanggungjawab terhadap diri sendiri dan juga kelompok karena tiap siswa telah menyadari bahwa keberhasilan kelompok bukan lagi bergantung pada siswa yang lebih pintar tetapi bergantung pada tiap anggota itu sendiri. Sedangkan pada indikator tingkat akhir penerapan teknik NHT ternyata hanya bisa meningkatkan keterampilan sosial siswa ke kategori sedang/menengah. Ini berarti tingkat keterampilan sosial pada tingkat akhir ini tidak hanya dipengaruhi oleh kerjasama dan kompetisi tetapi juga sangat dipengaruhi oleh tingkat intelejensi tiap siswa dalam mengolah soal. Jadi di tahap ini sangat diperlukan peran guru dalam memotivasi siswa untuk mengeluarkan kemampuan yang ada dalam tiap diri siswa.
Jika dilihat dari tingkat keterampilan sosial siswa secara keseluruhan, pada indikator tingkat awal sekitar 70 % jumlah siswa yang telah masuk kategori tinggi, 20 % dalam kategori sedang dan hanya 10 % dalam kategori rendah. Pada indikator tingkat menengah sekitar 50 % siswa yang berada dalam kategori tinggi, 36,6 % dalam kategori sedang dan 13,3 % dalam kategori rendah. Sedangkan pada indikator tingkat akhir sekitar 43,3 % siswa berada dalam kategori tinggi, 33,3 % dalam kategori sedang dan 23,3 % dalam kategori rendah. Ini menunjukkan bahwa penerapan taknik NHT dalam proses belajar dapat mambantu siswa untuk mengembangkan ketarampilan sosialnya.
Dari pembahasan tersebut di atas diperoleh informasi bahwa secara keseluruhan keterampilan sosial siswa mengalami peningkatan dengan penerapan strategi NHT, hal ini dikarenakan dengan penerapan strategi NHT menuntut kerjasama dan partisipasi siswa.
Tidak tersedia versi lain